Sabtu, 03 Desember 2011

Kisah Di Balik Sepatu

Sepatu – bentuk sol, hak, dan bahan sepatu yang Anda gunakan dapat mempengaruhi suasana hati dan kesehatan Anda.
Lebih dari 20 tahun lalu saat 2.700 pasang sepatu milik Imelda Marcos terbongkar, dunia belajar bagaimana sepatu bisa membuat obsesi. Kini meski belum lagi ada yang menyaingi Imelda, tapi dunia belum berhenti melihat akhir kisah cinta perempuan dengan sepatunya.
Di era millennium, sosok penggila sepatu diwakili Carrie Bradshaw, tokoh utama dalam serial televisi Sex and the City. Seperti Bradshaw, yang diperankan Sarah Jessica Parker, banyak wanita rela mengorbankan kepentingan lain demi sepatu idaman.  Sebagian orang berpendapat sepatu digilai karena sifatnya tidak seperti baju yang bisa membuat seseorang lebih gendut atau kurus. Cukup memasukkan kaki ke dalam sepatu hak tinggi, seseorang akan merasa lebih seksi, feminine, dan percaya diri bagaimana pun postur tubuhnya.
Namun, sepatu juga bisa jadi bencana. Stiletto bisa tidak lagi membuat seksi jika jalan anda terpincang-pincang karena kesakitan. Parker sendiri yang tahan syuting 18 jam dengan sepatu hak tinggi mengaku kepada majalah Elle, lututnya kini sering sakit.
Sepatu tanpa hak tinggi pun bisa menyiksa jika bahannya membuat kaki lecet. Belum lagi sepatu tertutup yang bisa membuat kaki bau. Ini sebenarnya bisa dihindari jika anda mengetahui cerita dibalik kontur, sol, dan sepatu. Dari bagian sepatu-sepatu ini, bagaimana hari anda bersamanya sudah tergambar.
Memahami Sepatu
Situs sejarah sepatu, www.footwearhistory.com menjelaskan setidaknya ada tiga bagian utama yang sangat berpengaruh pada kenyamanan sepatu atau sandal. Yakni bagian atas (upper), sol, dan hak.
Kulit merupakan bahan yang banyak digunakan bagian (upper) oleh produsen sepatu kelas atas. “Kulit itu paling lentur. Bisa mengikuti gerakan kaki manusia, dengan begitu sepatu akan nyaman dipakai,” kata Direktur Manajer Clarks Indonesia Milana Marlinata.
Selain Clarks, produk sepatu asal Jerman Birkenstock juga memilih kulit untuk bahan upper. Dengan kelenturan sekaligus kelembutan bagian dalamnya, bahan kulit akan menghindarkan anda dari insiden lecet-lecet.

Selain tingkat kenyamanan, kulit dikatakan semakin awet jika kian sering dipakai. Ini merupakan sifat natural kulit. Di sisi lain, pori-pori pada bahan kulit secara alami membuat sirkulasi udara dalam sepatu tetap berlangsung. Hal itu tidak terjadi pada bahan karet ataupun plastik.
Tampilan kulit sendiri ada beberapa macam, normal, suede (kulit dibalik), dan embossed (diberi kerut hingga mirip kulit jeruk). Perbedaan itu lebih untuk estetika jika dibandingkan dengan kenyamanan.
Sementara itu, pilihan produsen akan bahan sol lebih beragam. Selain kulit, digunakan karet, plastik, dan bahan sintesis lain yang tampilannya seperti ethyl vinyl acetate (EVA), mirip karet. Ada juga poly urethane (PU) yang sangat ringan, mirip plastik.  Bahan itu bisa digunakan sendiri atau saling digabungkan. Contohnya sepatu Clarks dengan gabungan sol PU dibagian pinggir dan karet di tengah. “Ringan, tapi tidak licin dan tetap lentur karena karet ditengahnya,” terang Milana.
Bahan PU sendiri memiliki karakter unik yakni akan terdegradasi sendiri meski tidak digunakan. Sepatu berbahan PU yang jarang digunakan umumnya sudah usang dalam jangka dua tahun. Sementara itu, jika sering digunakan akan bertahan hingga empat tahun. Sebabnya, pori-pori pada bahan itu akan semakin padat jika sering digunakan.
Sementara itu, yang booming saat ini ialah bahan EVA. Tampilannya mirip karet. Sebuah merek sepatu luar negeri yang seluruh bahannya terbuat dari EVA bisa kita temui tiruannya di pusat-pusat grosir. Clarks dan Birkenstock juga menggunakan bahan EVA, tapi dengan gabungan bahan lainnya, seperti karet atau PU, sebagai fondasi sepatu (bagian bawah). Milana mengatakan semakin kebawah bahan sepatu akan semakin keras. Itu berfungsi layaknya fondasi pada sebuah bangunan. Bagian atas sol-yang bersentuhan dengan kulit (footbed)—umumnya menggunakan bahan lembut dan menyerap keringat. Suede, jute, dan lateks adalah beberapa contoh. Akan lebih nyaman lagi jika footbed tersebut dilengkapi teknologi sirkulasi udara atau penghilang bau.
Hak vs Kenyamanan
Berbicara tentang hak sepatu, sebenarnya hal yang tidak disarankan jika anda berbicara tentang kenyamanan. Dengan adanya hak, secara langsung mengubah distribusi beban dan postur tubuh. Berdasarkan penelitian, normalnya berat tubuh manusia terdistribusi 90% ke bagian tumit dan 10% ke bagian depan kaki. Sepatu hak membuat distribusi itu menjadi sama 50:50 di bagian depan dan belakang kaki. Saat memakai sepatu hak, secara tidak sadar bagian lutut akan menekuk ke depan begitu juga dengan perut. Jadi, meski tampak lebih seksi karena bokong menonjol ke belakang, sebenarnya anda tengah menyiksa tubuh untuk menahan distribusi beban yang berubah. Akibatnya kemudian ialah sakit lutut dan pinggang. Belum lagi jika ujung sepatu anda menyempit atau runcing, maka bentuk tulang kaki lama kelamaan bisa berubah.
Kebutuhan tampil gaya dan kenyamanan bisa dikompromikan dengan sepatu kitten heels. Sepatu kitten heels seakan alternatif antara stiletto dan sepatu datar karena umumnya memiliki hak setinggi 3,5-5 cm. Jika masih belum puas dengan kitten heels, ingin tetap nyaman, anda bisa memilih sepatu gaya wedges untuk hak di atas 5 cm.
Sepatu gaya itu memiliki hak yang menyambung dengan bagian depan. Hak wedges atau hak dengan ujung besar akan membantu distribusi beban tidak makin banyak ke bagian depan. Sepatu yang menggunakan teknologi hak tanam (hak menyatu dengan bagian atas sepatu) juga akan membuat pijakan mantap. Milana mengatakan pijakan mantap penting bagi sepatu hak tinggi untuk mengurangi ketegangan kaki. Selain itu, lekukan sepatu yang pas menempel ke kaki juga berpengaruh terhadap distribusi beban.
Sepatu memang tidak lagi sekadar alas kaki. Dari ujung kaki itu kepercayaan diri anda bisa melesat, tapi bisa juga kesehatan jadi taruhan.
Sumber: Dikutip dari wawancara Sepatu Clarks dengan Media Indonesia
Popularity: 24% [?]

0 komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More